STAWBERRY GENERATION: TERLIHAT TANGGUH
NAMUN SEBENARNYA RAPUH
Sumber: Google |
Dewasa ini, sering kita melihat anak-anak yang mudah berkonflik, gampang marah, sulit diatur. Entah itu di sekolah, di lingkungan pertemanannya, atau bahkan di media sosial. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab. Karena sesungguhnya, kita sedang berhadapan dengan fenomena strawberry generation.
Sebuah dampak psikologis yang terjadi pada anak-anak dengan kondisi mental yang lemah dan sulit untuk bertahan hidup.
Istilah ini pertama kali muncul di taiwan, dan di tunjukan kepada generasi yang lahir pada tahun 2000-an. Pemilihan buah strawberry cenderung terlihat cantik dan eksotis dari luar, akan tetapi ketika sedikit di tekan, maka akan mudah hancur.
Penelitian terkini menyebutkan, bahwa salah satu penyebab adanya generasi strawberry adalah intensitas penggunaan media sosial yang cukup tinggi khususnya di Indonesia.
Kita sama-sama tahu, bahwa adanya percepatan teknologi dan perubahan zaman, sebelumnya menghadirkan dampak baik bagi dunia. Namun, itu semua ternyata tidak menjamin diri kita atau anak-anak kita memiliki mental yang sehat dan perilaku yang baik di kehidupan nyata. Lantas, bagaimana peran orang tua seharusnya?
Anak-anak yang memiliki mental lemah, sejatinya mereka sedang lowbat. Karenanya, sebagai orang tua, jadilah charger terbaik untuk anak.
Tengoklah anak zaman sekarang, mereka cenderung lebih mempercayai motivasi di banding orang tuanya sendiri. Karena, apa yang mereka butuhkan tidak mereka dapatkan di rumah.
Seringkali bukan
anak kita yang sulit diatur, tetapi kita yang salah cara dalam mendidik mereka.
Kita salah cara dalam menyampaikan, kita abai dalam memahami perasaan, kita
kurang sabar mengendalikan diri.