Sumber: Google |
Kita sudah banyak mendengar orang-orang mengatakan "Kemampuan saya hanya seperti ini" atau "Saya mampunya sampai sini". Seolah-olah itu adalah pernyataan yang wajar, namun benarkah kemampuan kita sudah mencapai batas titik maksimal?
Kita diciptakan untuk "berusaha" menjadi yang terbaik dan menggapai sesuatu yang sudah jadi tujuan. Entah itu tujuan kita diciptakan untuk menjadi hamba Allah Swt. ataupun tujuan kita sendiri yang menjadi impian dalam kehidupan ini yang masih sedang kita perjuangkan.
Baca Juga: Tepat Waktu Adalah Kunci
Semua orang pastinya ingin menjadi dan melakukan yang terbaik, tentunya dengan kemampuan masing-masing yang dimiliki. Namanya "kemampuan," itu bisa ditingkatkan, asalkan kita mau berusaha sekuat tenaga untuk mencapai kemampuan yang terbaik.
Mastatho'tum dalam Al-Qur'an
Untuk mempunyai kemampuan maksimal, kita harus tau sejauh mana batas titik kemampuan maksimal kita. Al-Qur'an sebagai pedoman hidup kita sudah memberi panduan mengenai hal ini. Yaitu prinsip mastatho'tum.
Kata tersebut ada dalam Al-Qur'an yaitu perintah untuk berperang dengan menyiapkan segala kemampuan, Allah Swt. berfirman:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ....
Artinya: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi" (Q.s. Al-Anfal: 60).
Perintah untuk bertakwa sesuai dengan kesanggupan, Allah Swt. berfirman:
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ...
Artinya: "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." (Q.s. At-Taghabun: 16).
Menurut para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, menjelaskan dari Sa'id Ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: "Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Ali Imran: 102)
Bahwa ketika ayat ini diturunkan, kaum muslim melakukan amal dengan sekuat-kuatnya. Mereka terus melakukam qiyam (salat sunat) hingga tumit kaki mereka bengkak dan kening mereka bernanah.
Maka Allah menurunkan ayat ini untuk meringankan mereka (kaum muslim), yaitu firman-Nya: "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu," (At-Taghabun: 16) Maka ayat ini merevisi pengertian yang terdapat pada ayat yang di atas tadi.
Dari penjelasan di atas, kita bisa mengambil pelajaran yang berharga. Redaksi mastatho'tum ayat-ayat di atas mengajarkan kita untuk berusaha sesuai dengan kemampuan, namun apakah kemampuan kita dalam beramal sama seperti kaum muslimin dulu?
Kemampuan kita tidak sama seperti mereka, tapi kita punya kemampuan maksimal masing-masing setelah mengetahui dan memahami batas titik mastatho'tum kita.
Mastatho'tum dalam Kehidupan Sehari-hari
Prinsip mastatho'tum bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, entah itu pekerjaan kita atau aktivitas yang lainnya bahkan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi tujuan.
Dengan berprinsip mastatho'tum, kita bisa mencapai hasil yang maksimal. Sebagai contoh seorang pelajar atau mahasiswa biasanya mampu menghabiskan waktu belajar selama 7-8 jam perhari. Maka dengan prinsip mastatho'tum ini mereka akan mampu meningkatkan durasi belajar sampai 10 jam perhari.
Contoh lainnya jika kita saat ini merasa mampu membaca Al-Qur'an sebanyak satu lembar sehari, maka dengan prinsip mastatho'tum ini sebenarnya batas kemampuan kita membaca Al-Qur'an bisa sampai tiga lembar perhari.
Bukan manusia yang menghentikan usaha kita tapi Allah Swt. sendirilah yang menghentikannya dan di situlah titik di mana letak mastatho'tum kita. Teruslah berusaha mencapai tujuan kita masing-masing, bermanfaat untuk sesama, dan jangan menyerah di tengah jalan apalagi jika kita sampai menyerah atas rahmat Allah Swt.
Penulis : Zulfi Muhammad Ramadhan
Editor : Aida Nur Husna