Resensi Buku Risalah Politik A. Hassan
Oleh: Iman Nurjaman
Judul : Risalah Politik A. Hassan
Penulis/ Editor : Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum.
Penerbit : Pembela Islam Media (jakarta Pusat)
Ketebalan Buku : 230 hlm.
Tahun Terbit : 2013
Pendahuluan
Persatuan Islam (selanjutnya ditulis Persis) adalah salah satu ormas Islam yang lahir pada awal abad ke-20 di Indonesia. Persis tergolong salah satu organisasi pembaharu/ reformis di Indonesia, mengingat gerakan dakwah yang dilakukan oleh Persis itu cenderung puritan, yaitu berusaha memurnikan kembali ajaran Islam yang dianggap sudah banyak tercampur oleh ajaran dari luar Islam. Umat Islamnya dianggap sudah jumud dan tenggelam dalam keterbelakangan, sehingga diperlukan upaya untuk memurnikan kembali ajaran Islam tersebut.
Dalam pergerakannya, Persis lebih konsisten dalam dunia pergerakan dakwah, menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak dengan cara diskusi, menerbitkan majalah, pengajian-pengajian, bahkan dengan cara perbedabatan. Semua itu dilakukan guna menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak dan sekaligus menyadarkan umat dari sikap jumud mereka. Namun, meskipun dalam pergerakannya Persis lebih dominan dalam dunia dakwah yang khas dengan fikih, nyatanya Persis juga menaruh perhatian terhadap persoalan politik. Hal ini terlihat dengan ditemukannya beberapa tulisan ulama Persis yang membicarakan soal politik. Adalah A. Hassan (1887 – 1958), yang dikenal guru besar Persis yang juga menjadi ikon utama organisasi Persis, menulis sekurang-kurangnya menulis tiga buku yang berkenaan dengan politik, yaitu A.B.C Politik, Islam dan Kebangsaan dan Kedaulatan.
Hal itu membuktikan bahwa Persis tidak melulu mebahas persoalan fikih semata, tetapi juga menaruh perhatian terhadap perkara politik. Meskipun dalam hal ini yang menjadi bukti adalah hanya karya tulis A. Hassan. Ketiga karya tersebut, sekarang sudah terdapat dalam satu buku yang utuh, yaitu buku Risalah Politik A. Hassan yang diedit oleh Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum,. Dalam pengantarnya, beliau menjelaskan bahwa meskipun A. Hassan bukanlah seorang tokoh politik, karena memang ia tidak terlalu senang ikut berkecimpung dalam dunia politik praktis. Tetapi bukan berarti A. Hassan tidak mengerti permasalahan politik, justru A. Hassan paham betul sampai mampu menulis tiga buah buku yang merupakan buah pikirannya terhadap politik.
Meskipun A. Hassan bukanlah seorang politisi, tidak ikut berkecimpung dalam dunia politik praktis dan lebih memosisikan dirinya sebagai seorang guru. Tetapi justru dengan posisi inilah A. Hassan mampu melahirkan politisi-politisi yang handal dan berkarakter seperti M. Natsir dan M. Isa Anshary. Keduanya merupakan murid A. Hassan di Persis dan menjadi aktivis Masyumi setelah zaman kemerdekaan. Oleh sebab itu, yang paling penting dalam melihat peran A. Hassan dalam politik adalah menggali warisan pemikirannya, dalam hal ini pemikiran yang terdapat dalam tiga karya A. Hassan, yaitu A.B.C Politik, Islam dan Kebangsaan dan Kedaulatan.
Jadi kalau ditanya apa sumbangan Persis atau A. Hassan bagi negeri ini? Jawabannya harus melihat dari apa yang digeluti oleh A. Hassan, yaitu pengkajian Islam. Termasuk dalam hal politik, sumbangan A. Hassan sangat berarti dalam bidang pengkajian teori politik Islam. Sumbangannya pada ranah politik praktis memang tidak menonjol, tetapi A. Hassan-lah salah satu intelektual muslim Indonesia yang tercatat paling awal menyampaikan gagasan-gagasannya tentang politik Islam. Dan sesungguhnya gagasan-gagasan itu banyak dianut oleh para politisi sesudahnya, hanya saja mereka tidak mengkonseptualkannya.
Wajah Ketiga Buku Karya A. Hassan
Dalam buku yang pertama, yaitu ‘A.B.C Politik’, A. Hassan menjelaskan terkait dengan persoalan politik, dari mulai pengertian politik, negara, pemilihan pemimpin, apa yang mesti dikerjakan oleh pemimpin, kriteria seorang pemimpin, kriteia para pejabat publik, dan pelbagai hal yang berkaitan dengan pemerintahan atau kepemimpinan. Dalam bukunya yang pertama ini, menunjukan kepahaman yang fasih dari A. Hassan terkait dengan persoalan politik dan pemerintahan, sampai-sampai beliau memahami betul dari setiap bab yang dibahas dalam buku tersebut. Yang menjadi unik dalam buku tersebut adalah, terdapat metode Soal-Jawab yang menjelaskan persoalan politik sehingga dapat lebih memudahkan orang yang membacanya dan bisa lebih komunikatif dengan para pembaca. Juga terdapat puluhan pepatah menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam buku yang kedua, yaitu ‘Islam dan Kebangsaan’, A. Hassan mengharapkan bahwa buku ini dapat menjadi pegangan bagi kaum muslimin ketika memperbincangkan soal Islam dan kebangsaan. Dalam buku tersebut dijelaskan perihal kewajiban kaum muslimin menjalankan hukum Allah dan Rasul-Nya, orang yang layak dijadikan pemimpin, orang yang tidak layak dijadikan pemimpin, kewajiban kaum muslimin untuk bersatu, bagaimana menghukum dengan al-Qur’ān dan hadits, pergerakan Islam dan Indonesia, asas dan hukum yang patut diambil oleh Indonesia, cinta bangsa dan tanah air, menyajikan beberapa data terkait negara Turki, Mesir, Persia dan Iraq. Dalam buku kedua ini, A. Hassan banyak menyertakan dalil-dalil al-Qur’ān atau pun hadits dalam setiap pembahasannya, selain itu juga beliau menyajikan beberapa kutipan dari majalah al-Manār dan al-‘Urwatul-Wuṡqā.
Sedangkan dalam buku ketiganya, yaitu ‘Kedaulatan’, A. Hassan membuatnya ketika ia sudah dalam keadaan yang sering sakit, sehingga membuat beliau harus berpindah-pindah tempat. Tetapi dikarenakan permintaan dari beberapa kalangan supaya menulis terkait dengan kedaulatan rakyat, maka A. Hassan menulis buku tersebut untuk membahas apa yang ditanyakannya. Dalam buku ini, A. Hassan menggunakan motode Soal-Jawab dalam setiap pembahasan, tujuannya adalah agar mudah dalam memahaminya. Pembahasan dalam buku ini, terkait seputar arti kedaulatan rakyat dan sifat-sifatnya, menaikan dan menurunkan pegawai negeri, menahan orang yang tidak bersalah, presiden tidak dipilih oleh rakyat, dan pelbagai hal terkait dengan kedaulatan dan juga kerakyatan. Meskipun ditulis dengan metode Soal-jawab, tetapi jawaban dari tiap soal yang diajukan sangatlah berbobot, dijawab secara tegas, lugas dan juga mudah untuk dipahami.
Kelebihan Buku
Dalam buku ini, Dr. Tiar Anwar Bachtiar berhasil menyajikan ulang tiga karya tokoh Persis, yaitu A. Hassan dalam satu buku yang utuh. Tentunya ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, mengingat sumber rujukan utama yang tergolong sudah langka dan sulit dicari, juga proses izin kepada pihak keluarga besar A. Hassan untuk menerbitkan ulang tulisan-tulisan A. Hassan. Termasuk juga menyalin tulisan-tulisan dari naskah asli yang berbahasa melayu dengan ejaan yang jadul, kemudian diubah dengan ejaan yang sudah disempurnakan, tentunya itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Diperlukan tenaga yang ekstra dan tekun untuk dapat menyelesaikan buku tersebut. Meskipun sudah mengalami perubahaan ejaan, tetapi tidak serta merta menghilangkan esensi dari apa yang ditulis oleh A. Hassan. Isinya tetap terjaga dan gagasannya pun masih tetap utuh, sehingga pembaca tidak dikhawatirkan kehilangan ruhnya ketika membaca buku tersebut.
Kekurangan Buku
Sebagai karya manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, tentunya buku tersebut pun tidak luput dari kekurangan. Kebanyakan kekurangan tersebut lebih kepada hal yang sifatnya teknis, seperti adanya typo dalam beberapa kata. Seperti kata ‘pembehasan’ yang seharusnya ‘pembahasan’ pada halaman XX, kata ‘poltik’ yang seharusnya ‘politik’ pada halaman XXVII. Selain itu, meskipun sudah dilakukan perubahan ejaan dari bahasa melayu yang jadul ke dalam bahasa Indonesia yang sudah disempurnakan, tetapi ejaan tersebut pun dirasa masih kurang mampu memahamkan masyarakat kalangan bawah untuk dapat memahaminya.
Oleh: Iman Nurjaman
Judul : Risalah Politik A. Hassan
Penulis/ Editor : Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum.
Penerbit : Pembela Islam Media (jakarta Pusat)
Ketebalan Buku : 230 hlm.
Tahun Terbit : 2013
Pendahuluan
Persatuan Islam (selanjutnya ditulis Persis) adalah salah satu ormas Islam yang lahir pada awal abad ke-20 di Indonesia. Persis tergolong salah satu organisasi pembaharu/ reformis di Indonesia, mengingat gerakan dakwah yang dilakukan oleh Persis itu cenderung puritan, yaitu berusaha memurnikan kembali ajaran Islam yang dianggap sudah banyak tercampur oleh ajaran dari luar Islam. Umat Islamnya dianggap sudah jumud dan tenggelam dalam keterbelakangan, sehingga diperlukan upaya untuk memurnikan kembali ajaran Islam tersebut.
Dalam pergerakannya, Persis lebih konsisten dalam dunia pergerakan dakwah, menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak dengan cara diskusi, menerbitkan majalah, pengajian-pengajian, bahkan dengan cara perbedabatan. Semua itu dilakukan guna menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak dan sekaligus menyadarkan umat dari sikap jumud mereka. Namun, meskipun dalam pergerakannya Persis lebih dominan dalam dunia dakwah yang khas dengan fikih, nyatanya Persis juga menaruh perhatian terhadap persoalan politik. Hal ini terlihat dengan ditemukannya beberapa tulisan ulama Persis yang membicarakan soal politik. Adalah A. Hassan (1887 – 1958), yang dikenal guru besar Persis yang juga menjadi ikon utama organisasi Persis, menulis sekurang-kurangnya menulis tiga buku yang berkenaan dengan politik, yaitu A.B.C Politik, Islam dan Kebangsaan dan Kedaulatan.
Hal itu membuktikan bahwa Persis tidak melulu mebahas persoalan fikih semata, tetapi juga menaruh perhatian terhadap perkara politik. Meskipun dalam hal ini yang menjadi bukti adalah hanya karya tulis A. Hassan. Ketiga karya tersebut, sekarang sudah terdapat dalam satu buku yang utuh, yaitu buku Risalah Politik A. Hassan yang diedit oleh Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum,. Dalam pengantarnya, beliau menjelaskan bahwa meskipun A. Hassan bukanlah seorang tokoh politik, karena memang ia tidak terlalu senang ikut berkecimpung dalam dunia politik praktis. Tetapi bukan berarti A. Hassan tidak mengerti permasalahan politik, justru A. Hassan paham betul sampai mampu menulis tiga buah buku yang merupakan buah pikirannya terhadap politik.
Meskipun A. Hassan bukanlah seorang politisi, tidak ikut berkecimpung dalam dunia politik praktis dan lebih memosisikan dirinya sebagai seorang guru. Tetapi justru dengan posisi inilah A. Hassan mampu melahirkan politisi-politisi yang handal dan berkarakter seperti M. Natsir dan M. Isa Anshary. Keduanya merupakan murid A. Hassan di Persis dan menjadi aktivis Masyumi setelah zaman kemerdekaan. Oleh sebab itu, yang paling penting dalam melihat peran A. Hassan dalam politik adalah menggali warisan pemikirannya, dalam hal ini pemikiran yang terdapat dalam tiga karya A. Hassan, yaitu A.B.C Politik, Islam dan Kebangsaan dan Kedaulatan.
Jadi kalau ditanya apa sumbangan Persis atau A. Hassan bagi negeri ini? Jawabannya harus melihat dari apa yang digeluti oleh A. Hassan, yaitu pengkajian Islam. Termasuk dalam hal politik, sumbangan A. Hassan sangat berarti dalam bidang pengkajian teori politik Islam. Sumbangannya pada ranah politik praktis memang tidak menonjol, tetapi A. Hassan-lah salah satu intelektual muslim Indonesia yang tercatat paling awal menyampaikan gagasan-gagasannya tentang politik Islam. Dan sesungguhnya gagasan-gagasan itu banyak dianut oleh para politisi sesudahnya, hanya saja mereka tidak mengkonseptualkannya.
Wajah Ketiga Buku Karya A. Hassan
Dalam buku yang pertama, yaitu ‘A.B.C Politik’, A. Hassan menjelaskan terkait dengan persoalan politik, dari mulai pengertian politik, negara, pemilihan pemimpin, apa yang mesti dikerjakan oleh pemimpin, kriteria seorang pemimpin, kriteia para pejabat publik, dan pelbagai hal yang berkaitan dengan pemerintahan atau kepemimpinan. Dalam bukunya yang pertama ini, menunjukan kepahaman yang fasih dari A. Hassan terkait dengan persoalan politik dan pemerintahan, sampai-sampai beliau memahami betul dari setiap bab yang dibahas dalam buku tersebut. Yang menjadi unik dalam buku tersebut adalah, terdapat metode Soal-Jawab yang menjelaskan persoalan politik sehingga dapat lebih memudahkan orang yang membacanya dan bisa lebih komunikatif dengan para pembaca. Juga terdapat puluhan pepatah menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam buku yang kedua, yaitu ‘Islam dan Kebangsaan’, A. Hassan mengharapkan bahwa buku ini dapat menjadi pegangan bagi kaum muslimin ketika memperbincangkan soal Islam dan kebangsaan. Dalam buku tersebut dijelaskan perihal kewajiban kaum muslimin menjalankan hukum Allah dan Rasul-Nya, orang yang layak dijadikan pemimpin, orang yang tidak layak dijadikan pemimpin, kewajiban kaum muslimin untuk bersatu, bagaimana menghukum dengan al-Qur’ān dan hadits, pergerakan Islam dan Indonesia, asas dan hukum yang patut diambil oleh Indonesia, cinta bangsa dan tanah air, menyajikan beberapa data terkait negara Turki, Mesir, Persia dan Iraq. Dalam buku kedua ini, A. Hassan banyak menyertakan dalil-dalil al-Qur’ān atau pun hadits dalam setiap pembahasannya, selain itu juga beliau menyajikan beberapa kutipan dari majalah al-Manār dan al-‘Urwatul-Wuṡqā.
Sedangkan dalam buku ketiganya, yaitu ‘Kedaulatan’, A. Hassan membuatnya ketika ia sudah dalam keadaan yang sering sakit, sehingga membuat beliau harus berpindah-pindah tempat. Tetapi dikarenakan permintaan dari beberapa kalangan supaya menulis terkait dengan kedaulatan rakyat, maka A. Hassan menulis buku tersebut untuk membahas apa yang ditanyakannya. Dalam buku ini, A. Hassan menggunakan motode Soal-Jawab dalam setiap pembahasan, tujuannya adalah agar mudah dalam memahaminya. Pembahasan dalam buku ini, terkait seputar arti kedaulatan rakyat dan sifat-sifatnya, menaikan dan menurunkan pegawai negeri, menahan orang yang tidak bersalah, presiden tidak dipilih oleh rakyat, dan pelbagai hal terkait dengan kedaulatan dan juga kerakyatan. Meskipun ditulis dengan metode Soal-jawab, tetapi jawaban dari tiap soal yang diajukan sangatlah berbobot, dijawab secara tegas, lugas dan juga mudah untuk dipahami.
Kelebihan Buku
Dalam buku ini, Dr. Tiar Anwar Bachtiar berhasil menyajikan ulang tiga karya tokoh Persis, yaitu A. Hassan dalam satu buku yang utuh. Tentunya ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, mengingat sumber rujukan utama yang tergolong sudah langka dan sulit dicari, juga proses izin kepada pihak keluarga besar A. Hassan untuk menerbitkan ulang tulisan-tulisan A. Hassan. Termasuk juga menyalin tulisan-tulisan dari naskah asli yang berbahasa melayu dengan ejaan yang jadul, kemudian diubah dengan ejaan yang sudah disempurnakan, tentunya itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Diperlukan tenaga yang ekstra dan tekun untuk dapat menyelesaikan buku tersebut. Meskipun sudah mengalami perubahaan ejaan, tetapi tidak serta merta menghilangkan esensi dari apa yang ditulis oleh A. Hassan. Isinya tetap terjaga dan gagasannya pun masih tetap utuh, sehingga pembaca tidak dikhawatirkan kehilangan ruhnya ketika membaca buku tersebut.
Kekurangan Buku
Sebagai karya manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, tentunya buku tersebut pun tidak luput dari kekurangan. Kebanyakan kekurangan tersebut lebih kepada hal yang sifatnya teknis, seperti adanya typo dalam beberapa kata. Seperti kata ‘pembehasan’ yang seharusnya ‘pembahasan’ pada halaman XX, kata ‘poltik’ yang seharusnya ‘politik’ pada halaman XXVII. Selain itu, meskipun sudah dilakukan perubahan ejaan dari bahasa melayu yang jadul ke dalam bahasa Indonesia yang sudah disempurnakan, tetapi ejaan tersebut pun dirasa masih kurang mampu memahamkan masyarakat kalangan bawah untuk dapat memahaminya.
Tags
Resensi Buku
Mantulll syekaliihh kakak..
BalasHapus