Bertepatan dengan malam jumat, tanggal 10 Januari 2019 M telah berlangsung diskusi media dengan salah seorang mantan jurnalis di Garut. Diskusi media dirasa perlu dan penting mengingat media merupakan sarana yang strategis untuk menyampaikan sebuah gagasan pada khalayak umum, terlepas apakah itu
media cetar atau media elektronik.
Unstraj menghadirkan Kang Heri sebagai pemantik diskusi, mengingat beliau merupakan orang cukup kapabel dalam hal tersebut. Pengalamannya menjadi wartawan di salah satu media cetak di Garut selama lebih dari tiga tahun, menjadi bahan diskusi Unstraj malam ini.
Dalam diskusi tersebut, ada empat poin inti yang disampaikan oleh kang Heri. Pertama adalah tips untuk menulis di media masa. Menurut beliau, menulis di media masa, seperti koran itu tidak terlalu rumit seperti menulis di media yang lain seperti majalah, jurnal dan lain sebagainya. Cukup memenuhi standar redaksi media tersebut saja. Bahannya pun bisa didapatkan lewat wawancara, baik wawancara kepada narasumber primer (seorang narasumber ahli) atau narasumber sekunder (seorang narasumber biasa).
Kedua adalah media sebagai industri. Pada dasarnya adanya media itu adalah sebagai jembatan antara masyarakat dengan penguasa untuk menyampaikan aspirasinya atau melakukan kritik sosial. Dalam hal ini media sebagai Sosial of Control. Namun, dewasa ini media seolah berubah haluan, dari yang tadinya sebagai jembatan penyambung lidah, menjadi sebuah industri. Sehingga, yang dipertimbangkan itu bukan benar atau salah, tapi adalah untung atau rugi. Seorang jurnalis bisa disebut berprestasi jika banyak menghasilkan keuntungan untuk media tersebut. Meskipun beritanya tidak terlalu penting untuk diberitakan.
Ketiga adalah ideologi sebuah media. Pada dasarnya semua media memiliki ideologi masing-masing, tetapi kebanyakan media mempunyai ideologi yang sama, yaitu meterialisme. Yang mana standar nya bukan mengacu kepada kebenaran, tetapi kepada materi, seberapa banyak media dapat menghasilkan pengahasilan yang banyak.
Dan keempat adalah media dapat diframing. Yaitu penggiringan opini publik kepada sesuatu diluar realita yang terjadi. Dan itu bisa merupakan perintah dari pemegang media tersebut, sehingga berita yang sampai pada khalayak justru bertolak belakang dengan fakta yang terjadi.
media cetar atau media elektronik.
Unstraj menghadirkan Kang Heri sebagai pemantik diskusi, mengingat beliau merupakan orang cukup kapabel dalam hal tersebut. Pengalamannya menjadi wartawan di salah satu media cetak di Garut selama lebih dari tiga tahun, menjadi bahan diskusi Unstraj malam ini.
Dalam diskusi tersebut, ada empat poin inti yang disampaikan oleh kang Heri. Pertama adalah tips untuk menulis di media masa. Menurut beliau, menulis di media masa, seperti koran itu tidak terlalu rumit seperti menulis di media yang lain seperti majalah, jurnal dan lain sebagainya. Cukup memenuhi standar redaksi media tersebut saja. Bahannya pun bisa didapatkan lewat wawancara, baik wawancara kepada narasumber primer (seorang narasumber ahli) atau narasumber sekunder (seorang narasumber biasa).
Kedua adalah media sebagai industri. Pada dasarnya adanya media itu adalah sebagai jembatan antara masyarakat dengan penguasa untuk menyampaikan aspirasinya atau melakukan kritik sosial. Dalam hal ini media sebagai Sosial of Control. Namun, dewasa ini media seolah berubah haluan, dari yang tadinya sebagai jembatan penyambung lidah, menjadi sebuah industri. Sehingga, yang dipertimbangkan itu bukan benar atau salah, tapi adalah untung atau rugi. Seorang jurnalis bisa disebut berprestasi jika banyak menghasilkan keuntungan untuk media tersebut. Meskipun beritanya tidak terlalu penting untuk diberitakan.
Ketiga adalah ideologi sebuah media. Pada dasarnya semua media memiliki ideologi masing-masing, tetapi kebanyakan media mempunyai ideologi yang sama, yaitu meterialisme. Yang mana standar nya bukan mengacu kepada kebenaran, tetapi kepada materi, seberapa banyak media dapat menghasilkan pengahasilan yang banyak.
Dan keempat adalah media dapat diframing. Yaitu penggiringan opini publik kepada sesuatu diluar realita yang terjadi. Dan itu bisa merupakan perintah dari pemegang media tersebut, sehingga berita yang sampai pada khalayak justru bertolak belakang dengan fakta yang terjadi.
(Iman N, Ketua Umum UKM unstraj).
Tags
News