Garut, Aksara—Awal tahun 2025, HM-PS Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir selenggarakan Seminar Tafsir dengan
tema, “Khazanah Tafsir Nusantara: Kontribusi Ulama Nusantara dalam
Perkembangan Tafsir Al-Qur’an” (01/01) di Auditorium IAI Persis Garut, Jl.
Aruji Kartawinata, Tarogong Kidul.
Acara
yang disponsori oleh HNI (Halal International Network) dan Klinik
Pratama Tarogong ini dihadiri oleh 102 peserta dan 42 tamu undangan.
Kegiatan
diawali dengan penampilan beladiri Manca’ yang merupakan beladiri khas suku
Bajo, yang biasa ditampilkan ketika menyambut tamu.
Ketua
Pelaksana Seminar Tafsir 2025, Akmal Hidayat, menyampaikan dalam sambutannya,
bahwa tema yang diusung membahas tentang
historis peran ulama Nusantara terhadap perkembangan tafsir Al-Qur’an.
Lebih
lanjut, Ketua Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Ust. Yan Yan Nurdin, M.Ag
menyampaikan bahwa ulama Nusantara kita sangat bertanggung jawab terhadap
umatnya untuk bisa memahami Al-Qur’an. Beliau menyebutkan beberapa Tafsir
Nusantara, seperti Tafsir Hamka yang berjudul Tafsir Al-Azhar, dan Tafsir
Al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab. “Oleh karenanya Seminar Tafsir
ini tepat sekali, karena kita punya tanggung jawab ke depan untuk membumikan tafsir,
sehingga dapat diakses dan bisa menjawab tantangan yang dihadapi oleh umat di
zamannya.”
“Seminar
Tafsir ini adalah acara yang luar biasa, jika umumnya hari ini orang-orang
sedang bermalas-malasan tanggal 1 Januari 2025, di tahun baru, justru kita berkumpul
untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat,” tutur Kepala Bagian Kemahasiswaan,
Ust. Muhammad Nur Shiddiq, M.Ag, mengapresiasi antusiasme peserta yang hadir
pada acara ini.
Sebelum
masuk ke materi inti, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester 1, Piki
Agisna Firdaus menampilkan bacaan puisi berjudul, “Cahaya Al-Qur’an di Bumi
Nusantara” karya Nur Aida Hasanah (Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester
5).
Kemudian,
Ust. Zaenal Kholid, Lc., M.Ag selaku moderator menyampaikan pengantar, “Al-Qur’an
itu tidak akan berubah, tapi tafsir itu harus berubah. Karena kalau tafsir
tidak berubah, Al-Qur’an itu gak akan bisa menjawab permasalahan-permasalahan
yang sifatnya dinamis. Jadi, Al-Qur’annya tetap, tapi realita yang harus
diakomodir oleh Al-Qur’an itu dinamis. Zaman Nabi, zaman Sahabat, zaman Tabiin,
itu beda-beda masalahnya.”
“Supaya
Al-Qur’an relevan dengan masalah kita sekarang, relevan dengan permasalahan
yang ada di bumi Nusantara, bukan Al-Qur’annya yang dirubah, tapi tafsirnya.
Bagaimana tafsir itu bersifat fleksibel, bersifat dinamis, dan harus dilakukan
terus-menerus dengan tujuan mengembalikan Al-Qur’an kepada fungsinya yaitu hudan
linnas.”
Baca juga: Sakan Ma’had ‘Aly Baiturrahman Sukses Selenggarakan Seminar Pendidikan 2024
Masuk
ke acara inti, Dr. Asep Abdul Muhyi, M.Ag menyampaikan, Tafsir Nusantara lahir
dari kontribusi ulama yang belajar di Haramain (Mekkah-Madinah) pada abad ke-17
hingga 19, serta di Mesir pada abad ke-20. Haramain dan Mesir menjadi kiblat
pengembangan tafsir oleh tokoh seperti Abdul Rauf al-Sinkili, Syekh Nawawi
(Haramain), Mahmud Yunus, A. Hasan, dan Hamka (Mesir).
Adapun kontribusi ulama Nusantara adalah bentuk tulisan pegon sebagai tradisi awal tafsir Nusantara, afiliasi tafsir dengan ajaran fiqh Imam Syafi'i dan teologi As'ariyah. Sedangkan dari jaringan Mesir, terbentuknya tradisi tulisan latin, afiliasi tafsir dengan ilmu pengetahuan, dan ajaran teologi salafi.
Setelah
pemaparan materi, acara kemudian ditutup dengan foto bersama dan penampilan
dari Fitri Aulia Ramadani (Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester 7) dan
Najma (Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir semester 3) yang membawakan lagu
religi berjudul “Takkan Berpaling dari-Mu”.
Jurnalis: Nur
Aida Hasanah & Wika Hermawati