*****
Disaat lirih angin menyapaku di pagi hari, diiringi nyanyian bunga yang berada
di depan halaman kelasku. Hari itu adalah hari dimana aku menemukan dirimu yang
belum pernah kulihat sebelumnya. Pria asing yang membuatku jatuh cinta pada saat
pertama aku memandangnya. Disaat mata ini tertuju kepada sosokmu yang belum
pernah ku kenal sebelumnya, kemudian senyum mu membuatku terpana disaat kedua
mata kita saling berjumpa pertama kalinya.
Tuan, sejak saat itu kamu berhasil mengambil peran utama di dalam kisahku,
menjadi tokoh yang paling ku senangi di dalam setiap goresan tinta seorang penulis
ini. Mungkin bagimu aku hanya seseorang yang berlalu di dalam kisahmu, tapi kamu
bukanlah seseorang yang hanya berlalu begitu saja di dalam lembaranku. Setelah
mengenalmu, bagiku sapa hangatmu selalu menjadi kata yang selalu kunantikan
setiap berjumpa dengamu.
Tuan, kehadiranmu akan selalu menjadi pengingat bahwa tuhan selalu
menciptakan suatu hal dengan keindahannya masing-masing. Setiap sudut tempat
yang pernah melihat kehadiranmu akan selalu menyimpan kenanganku yang hanya
dapat mengagumimu dari kejauhan. Rasanya sangat menyedihkan jika aku hanya bisa
mengagumimu dalam jarak tertentu, akan tetapi aku mengetahui bahwa kau adalah
seorang yang terjaga dan aku tidak ingin merusak keterjagaanmu itu.
Tuan, trimakasih karena kehadiranmu merubahku menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya, bagiku kau adalah salah satu orang yang dikirim olehNya untuk
merubahku dan membuatku mengerti beberapa hal yang awalnya belum ku mengerti.
****
ISI
Angin pagi menyapa hijabnya disaat aku sedang menuju kelas baruku. Hari itu
adalah hari pertamaku pergi mengikuti kelas sastra, disaat itulah aku bertemu dengan
teman-teman baruku yang memiliki hobby dan kegiatan yang menurutku selaras
denganku. Oh iya perkenalkan namaku Arsyila Aulia, aku lulus kuliah pada tahun ini,
aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara yang terdiri dari aku, dan kedua adik
perempuanku yang masih duduk di sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Kemudian
tentang kedua orangtuaku, abi adalah seorang ustadz di sebuah pesantren besar
sedangkan umi adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat sayang terhadap
keluarga kecilnya.
Kedua orangtua ku selalu mendukungku untuk mengejar impianku sebagai
seorang novelis kelak, dan seketika terpikir olehku untuk mengikuti kelas sastra agar
kemampuaku dalam merangkai kata dapat berkembang dengan baik. Hari demi hari
ku lalui dengan riang ketika mengikuti kelas tersebut, sampai suatu ketika aku
mengenalnya. Sosok pria yang membuatku jatuh hati ketika pertama mata ini
memandangnya tanpa sengaja. Pada hari itu aku berangkat menuju kelas sastra
seperti hari biasanya menggunakan angkutan umum. Ketika tiba di tempat tersebut
aku mendapati bahwa kelas sastra kosong dan belum terlihat ada siapapun di dalam.
Kemudian aku berencana untuk pergi ke kantin untuk membeli sesuatu untuk
mengganjel perutku. Ketika aku sampai di kantin ternyata ada beberapa orang
temanku yang sedang sarapan disana, aku pun segera menghampiri mereka berdua
dan ikut sarapan bersama-sama. Ketika kami mengobrol tiba-tiba seorang temanku
berbisik “eh katanya bakal ada murid baru lho di kelas sastra, kelas kita”
, mendengar
hal tersebut aku sangat senang karena akan mendapat teman baru lagi.
Tak terasa kami mengobrol di kantin kurang lebih hampir satu jam lamanya,
tanpa disadari ternyata jam sudah menunjukan tepat pukul 9. Kami segera bergegas
menuju kelas, ketika kami sampai di kelas ternyata teman-teman yang lainnya telah
menunggu di depan kelas. Akhirnya kami pun bergabung bersama mereka. Tepat
pukul jam 11 siang kelas pun di istirahatkan terlebih dahulu oleh guruku, semua
temanku berbondong-bondong pergi menyerbu kantin dan toilet, sedangkan aku
merasa masih cukup kenyang memilih untuk menunggu di kelas. Beberapa menit
kemudian aku memutuskan untuk pegi ke depan kelasku dan menyapa bunga-bunga
yang berada di halaman kelasku.
Selang waktu beberapa menit ketika aku sedang duduk di dekat bunga-bunga
yang bertaburan tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu yang melangkah ke arahku,
seketika aku menoleh ke arah suara tersebut. Ketika mata ini melirik ke depan, aku mendapati seorang pria tinggi berkulit putih, memakai kemeja berwarna biru yang
telah menatapku terlebih dahulu, seketika aku beranjak dan langsung berdiri di
hadapannya dengan perasaan terkejut dan getaran asing yang berbunyi di dalam
hatiku. “Maaf mau tanya, kelas sastra ada dimana ya?” tanya pria itu, seketika aku
ingat ucapan temanku pada saat di kantin tadi pagi,
“ohh, euhh kakak anggota baru ya?
!” jawabku dengan perasaan malu. Pria itu masih menatapku dan dia mengagguk
sambil tersenyum kepadaku, jantungku berdetak kencang ketika 4 mata saling
berjumpa.
Seketika aku langsung menundukan pandanganku dari wajahnya, dan
mengajaknya untuk masuk ke kelas untuk bertemu dengan guru sastra kami. Aku
melihatnya dari luar kelas ketika dia sedang mendapatkan interview dari guru kami,
tak kusadari sejak awal aku memperhatikannya dari kejauhan raut ini tersenyum dan
tertuju kepadanya. Ketika aku sedang memperhatikannya dari luar kelas, tiba-tiba arah
mata pria tersebut yang awalnya tertuju kepada guruku menoleh ke arahku dengan
senyuman manisnya, aku terkejut dan pura- pura mengalihkan pandanganku darinya.
Mulai sejak hari itu kehadirannya adalah sebuah hal yang ku inginkan setiap saat.
Keesokan harinya aku berniat datang lebih pagi karena keluargaku mempunyai
keperluan masing-masing di pagi hari dan itu membuatku harus berangkat lebih pagi
dari sebelumnya. Aku sampai di kelas sastra sekitar jam 7 pagi, dan ku dapati kelas
yang masih kosong. Aku berniat untuk menyiram bunga-bunga yang ada di halaman
kelasku, aku pun segera mengisi wadah dengan air ke toilet, ketika aku kembali ke
depan kelas ada seorang pria yang membelakangi diriku terlihat sedang menyiram
bunga tersebut menggunakan air yang ada di dalam botol minumnya. Aku pun
menghampirinya perlahan dan tiba-tiba ia menoleh ke arahku membuatku terkejut dan
melempar wadah berisi air tersebut ke arah wajah pria itu tanpa sengaja.
Mataku
dan hatiku terkejut ketika mengetahui pria yang tidak sengaja
ku sembur air adalah pria kemarin yang baru saja bergabung dengan kelas sastra.
“astaga, maafin kakk tadi aku kagett, tunggu aku ambilkan
yaa!!” aku sangat
panik dan bergegas ke dalam kelas untuk mengambil
untuk megelap wajahnya
yang basah kuyup. Ketika aku kembali untuk memberikan
kepada pria itu, aku
malah mendapatinya sedang tertawa kecil di kursi panjang di depan kelas, aku
menghampirinya perlahan dan menanyakan keadaannya sekaligus meminta maaf lagi,
“eh santai aja gapapa kok, kamu se kaget itu kah tadi?” tanya nya padaku sambil
tersenyum.
Rautku seketika berubah menjadi bingung, awalnya aku mengira bahwa dia
akan mengamuk dan tidak ingin melihatku lagi. “maaf banget ya” ucapku lagi, dia
hanya mengangguk sambil membawa tissue dari tanganku, ketika dia sedang
mengeringkan wajahnya tiba-tiba dia menegurku “rok mu juga basah kuyup, kamu
bawa ganti?” aku terkejut disaat dia malah menegur keadaaku yang sudah membuat
wajahnya basah kuyup. ku tersenyum “gapapa kok, ini gak terlalu basah nanti juga
kering”,pria itu mengangguk dan menyuruhku untuk duduk disampingnya. Sejujurnya ketika dia memulai komunikasi jantungku berdebar kencang mendengar setiap kata
yang keluar darinya.
“Oh iya kita belum kenalan ya? kenalin nama aku Faisal Ibnu Maulana, panggil
aja fais atau icai ya! nama kamu?” aku sangat bahagia ketika mengetahui namanya
terlebih lagi mungkin saja aku adalah orang pertama yang dia ajak berkenalan di kelas
sastra. “namaku Arsyila Aulia panggil aja arsyil atau syila, salam kenal ya!” pria itu
mengangguk dan tersenyum lagi. Faisal, sejak itu namamu menjadi bagian penting di
setiap sudut lembaran ceritaku. Andai dia tau bahwa setiap kali aku melihat
senyuman manisnya, hatiku selalu senang melihatnya. Akhirnya kelas pun dimulai
tepat pada pukul 8 pagi, pagi hari dimulai dengan perkenalannya ke depan kelas yang
membuat teman-teman perempuanku salah tingkah ketika melihat nya.
Sebenarnya aku sedikit cemburu akan tetapi aku tidak memiliki hak untuk
cemburu, lagi pula wajar saja teman-temanku salah tingkah melihat sosok setampan
Faisal (hehe). Kelaspun berakhir tepat pada pukul 11 siang, aku bergegas ke depan
gerbang untuk menunggu gojek yang ku pesan, ketika aku sedang menunggu di depan
gerbang tiba-tiba ada suara klakson motor dari arah kanan ku. Setelah aku melirik ke
arah kanan, aku mendapati Faisal yang sedang berada diatas motor berwarna hitam
dan tersenyum ke arahku “aku duluan ya! assalamualaikum” “waalaikumsa..lam..”
melihat caranya tersenyum juga menjadi salah satu hal yang membuatku tersenyum.
Tak terasa, kami telah menjalani kelas sastra selama 1 bulan lebih, dan
akhirnya kami sudah saling mengenal satu sama lain tak terkecuali Faisal. Aku sangat
senang bisa mengenal dengan baik sebagai
nya selama ini, meskipun
tidak menutup kemungkinan selama ini dia hanya menganggapku sebagai teman
kelasnya saja. Aku tau bahwa kamu adalah pria yang terjaga oleh karena itu izinkan
aku untuk hanya mengagumimu dari kejauhan, meskipun teman-temanku mengatakan
bahwa sikap yang diberikan Faisal kepadaku agak berbeda dengan sikapnya terhadap
teman perempuan lainnya, akan tetapi aku tidak mau terlalu cepat mengambil
kesimpulan bahwa dia juga mengagumiku (geer).
Akhirnya setelah mengikuti kelas sastra selama 1 bulan lebih kami
memutuskan untuk mengikuti camp bersama kelas lainnya minggu depan. Aku
memutuskan untuk segera membeli peralatan yang dibutuhkan sejak sekarang karena
camp akan berlangsung selama 1 minggu. Semua kelas di kumpulkan di aula oleh pak
kepala untuk memberikan pengarahan lebih lanjut dan lebih spesifik terhadap para
peserta. Setelah mengikuti perkumpulan aku mendapat kesimpulan tentang program
camp yang akan kami ikuti nanti. “syila, jadi kesimpulan dari perkumpulan tadi gimana
sih, aku masih kurang faham nih” tanya temanku ketika kami sudah sampai di kelas.
Aku pun membuka
kecilku yang tadi ku pakai untuk menulis beberapa
informasi penting program tersebut. “Jadi, program camp ini akan dimulai minggu depan dan akan berlangsung selama seminggu. Pak kepala menyarankan kepada kita untuk segera membeli dan menyiapkan barang-barang yang diperlukan kita nanti, karena kita akan terjun ke tempat camp yang lumyan jauh dari tempat perbelanjaan.
Untuk pembagian kelompok akan dibagikan di hari ketika kita akan berangkat oleh
guru kelas masing-masing. Begitu lah informasi yang aku tangkap, ada tambahan?”
tanya ku setelah menjelaskan informasi yang tercatat di
ku.
Disaat suasana kelas hening tanpa adanya pertanyaan tiba-tiba “ada!” seorang
pria dari bangku belakang mengangkat tangannya dan mulai berjalan ke arahku
. Aku terkejut disaat dia tiba-tiba berjalan ke arahku dan berdiri di hadapanku,
dan seperti biasanya dia tersenyum manis di hadapanku. Melihatnya dari jarak dekat
membuatku selalu menahan senyumanku sesaat, karena menurutku melihatnya dari
jarak sedekat itu adalah hal yang tidak aman, tidak aman untuk hatiku maksudnya
hahaha. Akupun mengangkat sebelah halisku seolah menanyakan hal apa yang
terlewatkan olehku sambil tersenyum tipis.
Tiba-tiba keadaan kelas menjadi berbeda ketika dia mengatakan ”Sepertinya
aku tidak bisa mengikuti program ini syil, apakah akan ada tugas tambahan untuk
peserta yang tidak bisa mengikuti camp?” seketika senyuman yang tadi ku pasang
dihadapannya memudar, aku mengalihkan pandanganku darinya ke arah
ku.
Entah mengapa tetapi mendengar hal itu dari mulutnya secara langsung membuatku
sedih, aku berusaha mengontrol emosi yang ada di dalam diriku sebelum menjawab
pertanyaanya. Untungnya salah satu sahabatku mengerti dengan kejadian itu,
“ohh Faisal, sepertinya Arsyila gak tau informasi itu bagaimana kalo kamu langsung
bertanya kepada guru kelas kita?”.
Tak lama setelah temanku mengatakan hal itu Faisal mengangguk dan melirik
ke arahku “oke makasih ya, syil aku ke ruangan guru dulu ya”. Pada saat itu aku hanya
bisa mengangguk dan terdiam sekejap, sahabatku segera menghampiriku dan
menepuk halus pundakku membuatku agak sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
Setelah 20 menit Faisal meninggalkan kelas dan masih belum kembali ke kelas
membuatku khawatir dan penasaran akan hal yang terjadi padanya di ruangan guru.
Akhirnya aku meminta kepada sahabatku untuk mengantarku ke ruangan guru dan
melihat apa yang dilakukan Faisal disana sehingga ia belum kembali ke kelas.
Ketika aku berjalan dan berbelok untuk menghampiri ruangan guru tiba-tiba
Faisal muncul tepat di hadapanku, membuatku tidak sengaja menabraknya dan
terjatuh ke pelukannya. Pada saat kejadian itu aku sangat terkejut sedangkan
sahabatku malah menertawkanku dan Faisal yang sama terkejut dengan kehadiranku
tiba-tiba di hadapannya. Seketika aku melepaskan diri dari tangannya dan terdiam
dengan jantungku yang berdetak kencang tidak karuan,
“kamu gapapa kan?” tanya
Faisal sambil menundukan kepalanya ke arahku. “gapapa sal, maaf yaa aku gak tau
kalo kamu bakal lewat sini. Maaf banget ya sal!!!!!” aku segera melarikan diri dari
tempat tersebut dan di kejar oleh sahabatku.
Faisal tertawa kecil saat melihatku berlari terbirit-birit, sehingga akhirnya dia
pergi dari tempat tersebut. Aku memperhatikannya dari kejauhan saat dia masih berada di tempat tadi sambil menahan rasa malu,
“syila!!! Kenapa sih tiba-tiba kaburr,
btw ciee ciee tabrakan plus jatuh ke dalam pelukan pangeran tampannya kamu,
ahahaaha” sahabatku menertawakanku dengan puas. Sedangkan aku masih
tengingat kejadian tadi, dimana aku terjatuh ke dalam pelukannya tanpa disengaja dan
tatapan itu membuat kejadian tadi seolah diperlambat layaknya adegan film romance.
Aku memukul pelan sahabatku yang masih saja menertawakanku.
Akhirnya dia terdiam sambil menatapku “iya iya.. maaf ya tadi malah ngetawain
kamu, maaf banget aku refleks ketawa karena kalian berdua kayanya sama-sama
salah tingkah deh, eh tapi gaada yang sakit kan?” tanya sahabatku,
“engga sih, tapi
kejadian tadi malu banget! tapi, ketika aku menatap paras wajahnya yang indahnya
dari jarak yang sangat dekat membuat suatu getaran yang berbeda di hatiku, ah
astagfirullah” pipiku mulai memerah lagi ketika membayangkan tatapan Faisal ketika
menolongku agar tidak terjatuh tadi. Ketika aku menjelaskan tentang perasaan yang
tadi kurasakan kepada sahabatku, tanpa disadari sahabatku mulai menatapku dengan
tawa kecilnya lagi.
“Iya faham syil, kamu pasti salah tingkah! Andai saja tadi kamu lihat raut wajah
Faisal ketika tau itu kamu, pasti kamu lebih salah tingkah !” aku menatap sahabatku
dengan senyum malu ucapku dalam
hati. Ketika aku kembali melirik ke arah sahabatku, dia masih menatapku sambil
tersenyum licik. “syil, beneran kamu gak penasaran?” tanyanya lagi, aku
menggelengkan kepalaku dan beranjak dari tempat tersebut “ayo ke kelas!” kami
berjalan kembali menuju kelas akan tetapi setelah sampai di kelas, aku tidak
mendapati adanya Faisal.
Aku menanyakan keberadaan Faisal kepada temannya dan ternyata “eh syil
padahal tadi Faisal sempet nunggu kamu sebelum pergi, dia titip sesuatu buat kamu
syil, tunggu aku ambil” dia beranjak ke arah bangkunya dan kembali membawa satu
lembaran kertas yang di lipat dan memberikannya kepadaku,
“kalau boleh tau
memangnya kemana dia pergi? Kenapa sangat terburu-buru?” tanyaku penasaran.
“hmm, dia kembali ke Bandung karena ada keperluan keluarga yang mendadak, oleh
karena itu dia tidak dapat mengikuti program terakhir kita (camp) dalam arti kata lain
dia lebih dahulu mengundurkan diri sebelum kita lulus syil”. Aku menatap lembar yang
tadi ia berikan kepadaku dan memutuskan untuk pergi ke taman bersama sahabatku
untuk membukanya.
Sebenarnya aku belum siap membuka lembaran kecil itu, sahabatku berusaha
menenangkanku sambil mengelus pundakku. Perlahan aku membuka lembar tersebut
dan mrndapati setiap goresan tinta miliknya yang ku kenal. Aku tidak menyangka
bahwa dia akan menulis semua ini untukku.