Abadi di dalam Karya Ku

*****

Disaat lirih angin menyapaku di pagi hari, diiringi nyanyian bunga yang berada

di depan halaman kelasku. Hari itu adalah hari dimana aku menemukan dirimu yang

belum pernah kulihat sebelumnya. Pria asing yang membuatku jatuh cinta pada saat

pertama aku memandangnya. Disaat mata ini tertuju kepada sosokmu yang belum

pernah ku kenal sebelumnya, kemudian senyum mu membuatku terpana disaat kedua

mata kita saling berjumpa pertama kalinya.

Tuan, sejak saat itu kamu berhasil mengambil peran utama di dalam kisahku,

menjadi tokoh yang paling ku senangi di dalam setiap goresan tinta seorang penulis

ini. Mungkin bagimu aku hanya seseorang yang berlalu di dalam kisahmu, tapi kamu

bukanlah seseorang yang hanya berlalu begitu saja di dalam lembaranku. Setelah

mengenalmu, bagiku sapa hangatmu selalu menjadi kata yang selalu kunantikan

setiap berjumpa dengamu.

Tuan, kehadiranmu akan selalu menjadi pengingat bahwa tuhan selalu

menciptakan suatu hal dengan keindahannya masing-masing. Setiap sudut tempat

yang pernah melihat kehadiranmu akan selalu menyimpan kenanganku yang hanya

dapat mengagumimu dari kejauhan. Rasanya sangat menyedihkan jika aku hanya bisa

mengagumimu dalam jarak tertentu, akan tetapi aku mengetahui bahwa kau adalah

seorang yang terjaga dan aku tidak ingin merusak keterjagaanmu itu.

Tuan, trimakasih karena kehadiranmu merubahku menjadi pribadi yang lebih

baik dari sebelumnya, bagiku kau adalah salah satu orang yang dikirim olehNya untuk

merubahku dan membuatku mengerti beberapa hal yang awalnya belum ku mengerti.

****

ISI

Angin pagi menyapa hijabnya disaat aku sedang menuju kelas baruku. Hari itu

adalah hari pertamaku pergi mengikuti kelas sastra, disaat itulah aku bertemu dengan

teman-teman baruku yang memiliki hobby dan kegiatan yang menurutku selaras

denganku. Oh iya perkenalkan namaku Arsyila Aulia, aku lulus kuliah pada tahun ini,

aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara yang terdiri dari aku, dan kedua adik

perempuanku yang masih duduk di sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Kemudian

tentang kedua orangtuaku, abi adalah seorang ustadz di sebuah pesantren besar

sedangkan umi adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat sayang terhadap

keluarga kecilnya.

Kedua orangtua ku selalu mendukungku untuk mengejar impianku sebagai

seorang novelis kelak, dan seketika terpikir olehku untuk mengikuti kelas sastra agar

kemampuaku dalam merangkai kata dapat berkembang dengan baik. Hari demi hari

ku lalui dengan riang ketika mengikuti kelas tersebut, sampai suatu ketika aku

mengenalnya. Sosok pria yang membuatku jatuh hati ketika pertama mata ini

memandangnya tanpa sengaja. Pada hari itu aku berangkat menuju kelas sastra

seperti hari biasanya menggunakan angkutan umum. Ketika tiba di tempat tersebut

aku mendapati bahwa kelas sastra kosong dan belum terlihat ada siapapun di dalam.

Kemudian aku berencana untuk pergi ke kantin untuk membeli sesuatu untuk

mengganjel perutku. Ketika aku sampai di kantin ternyata ada beberapa orang

temanku yang sedang sarapan disana, aku pun segera menghampiri mereka berdua

dan ikut sarapan bersama-sama. Ketika kami mengobrol tiba-tiba seorang temanku

berbisik “eh katanya bakal ada murid baru lho di kelas sastra, kelas kita”

, mendengar

hal tersebut aku sangat senang karena akan mendapat teman baru lagi.

Tak terasa kami mengobrol di kantin kurang lebih hampir satu jam lamanya,

tanpa disadari ternyata jam sudah menunjukan tepat pukul 9. Kami segera bergegas

menuju kelas, ketika kami sampai di kelas ternyata teman-teman yang lainnya telah

menunggu di depan kelas. Akhirnya kami pun bergabung bersama mereka. Tepat

pukul jam 11 siang kelas pun di istirahatkan terlebih dahulu oleh guruku, semua

temanku berbondong-bondong pergi menyerbu kantin dan toilet, sedangkan aku

merasa masih cukup kenyang memilih untuk menunggu di kelas. Beberapa menit

kemudian aku memutuskan untuk pegi ke depan kelasku dan menyapa bunga-bunga

yang berada di halaman kelasku.

Selang waktu beberapa menit ketika aku sedang duduk di dekat bunga-bunga

yang bertaburan tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu yang melangkah ke arahku,

seketika aku menoleh ke arah suara tersebut. Ketika mata ini melirik ke depan, aku mendapati seorang pria tinggi berkulit putih, memakai kemeja berwarna biru yang

telah menatapku terlebih dahulu, seketika aku beranjak dan langsung berdiri di

hadapannya dengan perasaan terkejut dan getaran asing yang berbunyi di dalam

hatiku. “Maaf mau tanya, kelas sastra ada dimana ya?” tanya pria itu, seketika aku

ingat ucapan temanku pada saat di kantin tadi pagi,

“ohh, euhh kakak anggota baru ya?

!” jawabku dengan perasaan malu. Pria itu masih menatapku dan dia mengagguk

sambil tersenyum kepadaku, jantungku berdetak kencang ketika 4 mata saling

berjumpa.

Seketika aku langsung menundukan pandanganku dari wajahnya, dan

mengajaknya untuk masuk ke kelas untuk bertemu dengan guru sastra kami. Aku

melihatnya dari luar kelas ketika dia sedang mendapatkan interview dari guru kami,

tak kusadari sejak awal aku memperhatikannya dari kejauhan raut ini tersenyum dan

tertuju kepadanya. Ketika aku sedang memperhatikannya dari luar kelas, tiba-tiba arah

mata pria tersebut yang awalnya tertuju kepada guruku menoleh ke arahku dengan

senyuman manisnya, aku terkejut dan pura- pura mengalihkan pandanganku darinya.

Mulai sejak hari itu kehadirannya adalah sebuah hal yang ku inginkan setiap saat.

Keesokan harinya aku berniat datang lebih pagi karena keluargaku mempunyai

keperluan masing-masing di pagi hari dan itu membuatku harus berangkat lebih pagi

dari sebelumnya. Aku sampai di kelas sastra sekitar jam 7 pagi, dan ku dapati kelas

yang masih kosong. Aku berniat untuk menyiram bunga-bunga yang ada di halaman

kelasku, aku pun segera mengisi wadah dengan air ke toilet, ketika aku kembali ke

depan kelas ada seorang pria yang membelakangi diriku terlihat sedang menyiram

bunga tersebut menggunakan air yang ada di dalam botol minumnya. Aku pun

menghampirinya perlahan dan tiba-tiba ia menoleh ke arahku membuatku terkejut dan

melempar wadah berisi air tersebut ke arah wajah pria itu tanpa sengaja.

Mataku

dan hatiku terkejut ketika mengetahui pria yang tidak sengaja

ku sembur air adalah pria kemarin yang baru saja bergabung dengan kelas sastra.

“astaga, maafin kakk tadi aku kagett, tunggu aku ambilkan

yaa!!” aku sangat

panik dan bergegas ke dalam kelas untuk mengambil

untuk megelap wajahnya

yang basah kuyup. Ketika aku kembali untuk memberikan

kepada pria itu, aku

malah mendapatinya sedang tertawa kecil di kursi panjang di depan kelas, aku

menghampirinya perlahan dan menanyakan keadaannya sekaligus meminta maaf lagi,

“eh santai aja gapapa kok, kamu se kaget itu kah tadi?” tanya nya padaku sambil

tersenyum.

Rautku seketika berubah menjadi bingung, awalnya aku mengira bahwa dia

akan mengamuk dan tidak ingin melihatku lagi. “maaf banget ya” ucapku lagi, dia

hanya mengangguk sambil membawa tissue dari tanganku, ketika dia sedang

mengeringkan wajahnya tiba-tiba dia menegurku “rok mu juga basah kuyup, kamu

bawa ganti?” aku terkejut disaat dia malah menegur keadaaku yang sudah membuat

wajahnya basah kuyup. ku tersenyum “gapapa kok, ini gak terlalu basah nanti juga

kering”,pria itu mengangguk dan menyuruhku untuk duduk disampingnya. Sejujurnya ketika dia memulai komunikasi jantungku berdebar kencang mendengar setiap kata

yang keluar darinya.

“Oh iya kita belum kenalan ya? kenalin nama aku Faisal Ibnu Maulana, panggil

aja fais atau icai ya! nama kamu?” aku sangat bahagia ketika mengetahui namanya

terlebih lagi mungkin saja aku adalah orang pertama yang dia ajak berkenalan di kelas

sastra. “namaku Arsyila Aulia panggil aja arsyil atau syila, salam kenal ya!” pria itu

mengangguk dan tersenyum lagi. Faisal, sejak itu namamu menjadi bagian penting di

setiap sudut lembaran ceritaku. Andai dia tau bahwa setiap kali aku melihat

senyuman manisnya, hatiku selalu senang melihatnya. Akhirnya kelas pun dimulai

tepat pada pukul 8 pagi, pagi hari dimulai dengan perkenalannya ke depan kelas yang

membuat teman-teman perempuanku salah tingkah ketika melihat nya.

Sebenarnya aku sedikit cemburu akan tetapi aku tidak memiliki hak untuk

cemburu, lagi pula wajar saja teman-temanku salah tingkah melihat sosok setampan

Faisal (hehe). Kelaspun berakhir tepat pada pukul 11 siang, aku bergegas ke depan

gerbang untuk menunggu gojek yang ku pesan, ketika aku sedang menunggu di depan

gerbang tiba-tiba ada suara klakson motor dari arah kanan ku. Setelah aku melirik ke

arah kanan, aku mendapati Faisal yang sedang berada diatas motor berwarna hitam

dan tersenyum ke arahku “aku duluan ya! assalamualaikum” “waalaikumsa..lam..”

melihat caranya tersenyum juga menjadi salah satu hal yang membuatku tersenyum.

Tak terasa, kami telah menjalani kelas sastra selama 1 bulan lebih, dan

akhirnya kami sudah saling mengenal satu sama lain tak terkecuali Faisal. Aku sangat

senang bisa mengenal dengan baik sebagai

nya selama ini, meskipun

tidak menutup kemungkinan selama ini dia hanya menganggapku sebagai teman

kelasnya saja. Aku tau bahwa kamu adalah pria yang terjaga oleh karena itu izinkan

aku untuk hanya mengagumimu dari kejauhan, meskipun teman-temanku mengatakan

bahwa sikap yang diberikan Faisal kepadaku agak berbeda dengan sikapnya terhadap

teman perempuan lainnya, akan tetapi aku tidak mau terlalu cepat mengambil

kesimpulan bahwa dia juga mengagumiku (geer).

Akhirnya setelah mengikuti kelas sastra selama 1 bulan lebih kami

memutuskan untuk mengikuti camp bersama kelas lainnya minggu depan. Aku

memutuskan untuk segera membeli peralatan yang dibutuhkan sejak sekarang karena

camp akan berlangsung selama 1 minggu. Semua kelas di kumpulkan di aula oleh pak

kepala untuk memberikan pengarahan lebih lanjut dan lebih spesifik terhadap para

peserta. Setelah mengikuti perkumpulan aku mendapat kesimpulan tentang program

camp yang akan kami ikuti nanti. “syila, jadi kesimpulan dari perkumpulan tadi gimana

sih, aku masih kurang faham nih” tanya temanku ketika kami sudah sampai di kelas.

Aku pun membuka

kecilku yang tadi ku pakai untuk menulis beberapa

informasi penting program tersebut. “Jadi, program camp ini akan dimulai minggu depan dan akan berlangsung selama seminggu. Pak kepala menyarankan kepada kita untuk segera membeli dan menyiapkan barang-barang yang diperlukan kita nanti, karena kita akan terjun ke tempat camp yang lumyan jauh dari tempat perbelanjaan.

Untuk pembagian kelompok akan dibagikan di hari ketika kita akan berangkat oleh

guru kelas masing-masing. Begitu lah informasi yang aku tangkap, ada tambahan?”

tanya ku setelah menjelaskan informasi yang tercatat di

ku.

Disaat suasana kelas hening tanpa adanya pertanyaan tiba-tiba “ada!” seorang

pria dari bangku belakang mengangkat tangannya dan mulai berjalan ke arahku

. Aku terkejut disaat dia tiba-tiba berjalan ke arahku dan berdiri di hadapanku,

dan seperti biasanya dia tersenyum manis di hadapanku. Melihatnya dari jarak dekat

membuatku selalu menahan senyumanku sesaat, karena menurutku melihatnya dari

jarak sedekat itu adalah hal yang tidak aman, tidak aman untuk hatiku maksudnya

hahaha. Akupun mengangkat sebelah halisku seolah menanyakan hal apa yang

terlewatkan olehku sambil tersenyum tipis.

Tiba-tiba keadaan kelas menjadi berbeda ketika dia mengatakan ”Sepertinya

aku tidak bisa mengikuti program ini syil, apakah akan ada tugas tambahan untuk

peserta yang tidak bisa mengikuti camp?” seketika senyuman yang tadi ku pasang

dihadapannya memudar, aku mengalihkan pandanganku darinya ke arah

ku.

Entah mengapa tetapi mendengar hal itu dari mulutnya secara langsung membuatku

sedih, aku berusaha mengontrol emosi yang ada di dalam diriku sebelum menjawab

pertanyaanya. Untungnya salah satu sahabatku mengerti dengan kejadian itu,

“ohh Faisal, sepertinya Arsyila gak tau informasi itu bagaimana kalo kamu langsung

bertanya kepada guru kelas kita?”.

Tak lama setelah temanku mengatakan hal itu Faisal mengangguk dan melirik

ke arahku “oke makasih ya, syil aku ke ruangan guru dulu ya”. Pada saat itu aku hanya

bisa mengangguk dan terdiam sekejap, sahabatku segera menghampiriku dan

menepuk halus pundakku membuatku agak sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Setelah 20 menit Faisal meninggalkan kelas dan masih belum kembali ke kelas

membuatku khawatir dan penasaran akan hal yang terjadi padanya di ruangan guru.

Akhirnya aku meminta kepada sahabatku untuk mengantarku ke ruangan guru dan

melihat apa yang dilakukan Faisal disana sehingga ia belum kembali ke kelas.

Ketika aku berjalan dan berbelok untuk menghampiri ruangan guru tiba-tiba

Faisal muncul tepat di hadapanku, membuatku tidak sengaja menabraknya dan

terjatuh ke pelukannya. Pada saat kejadian itu aku sangat terkejut sedangkan

sahabatku malah menertawkanku dan Faisal yang sama terkejut dengan kehadiranku

tiba-tiba di hadapannya. Seketika aku melepaskan diri dari tangannya dan terdiam

dengan jantungku yang berdetak kencang tidak karuan,

“kamu gapapa kan?” tanya

Faisal sambil menundukan kepalanya ke arahku. “gapapa sal, maaf yaa aku gak tau

kalo kamu bakal lewat sini. Maaf banget ya sal!!!!!” aku segera melarikan diri dari

tempat tersebut dan di kejar oleh sahabatku.

Faisal tertawa kecil saat melihatku berlari terbirit-birit, sehingga akhirnya dia

pergi dari tempat tersebut. Aku memperhatikannya dari kejauhan saat dia masih berada di tempat tadi sambil menahan rasa malu,

“syila!!! Kenapa sih tiba-tiba kaburr,

btw ciee ciee tabrakan plus jatuh ke dalam pelukan pangeran tampannya kamu,

ahahaaha” sahabatku menertawakanku dengan puas. Sedangkan aku masih

tengingat kejadian tadi, dimana aku terjatuh ke dalam pelukannya tanpa disengaja dan

tatapan itu membuat kejadian tadi seolah diperlambat layaknya adegan film romance.

Aku memukul pelan sahabatku yang masih saja menertawakanku.

Akhirnya dia terdiam sambil menatapku “iya iya.. maaf ya tadi malah ngetawain

kamu, maaf banget aku refleks ketawa karena kalian berdua kayanya sama-sama

salah tingkah deh, eh tapi gaada yang sakit kan?” tanya sahabatku,

“engga sih, tapi

kejadian tadi malu banget! tapi, ketika aku menatap paras wajahnya yang indahnya

dari jarak yang sangat dekat membuat suatu getaran yang berbeda di hatiku, ah

astagfirullah” pipiku mulai memerah lagi ketika membayangkan tatapan Faisal ketika

menolongku agar tidak terjatuh tadi. Ketika aku menjelaskan tentang perasaan yang

tadi kurasakan kepada sahabatku, tanpa disadari sahabatku mulai menatapku dengan

tawa kecilnya lagi.

“Iya faham syil, kamu pasti salah tingkah! Andai saja tadi kamu lihat raut wajah

Faisal ketika tau itu kamu, pasti kamu lebih salah tingkah !” aku menatap sahabatku

dengan senyum malu ucapku dalam

hati. Ketika aku kembali melirik ke arah sahabatku, dia masih menatapku sambil

tersenyum licik. “syil, beneran kamu gak penasaran?” tanyanya lagi, aku


menggelengkan kepalaku dan beranjak dari tempat tersebut “ayo ke kelas!” kami

berjalan kembali menuju kelas akan tetapi setelah sampai di kelas, aku tidak

mendapati adanya Faisal.

Aku menanyakan keberadaan Faisal kepada temannya dan ternyata “eh syil

padahal tadi Faisal sempet nunggu kamu sebelum pergi, dia titip sesuatu buat kamu

syil, tunggu aku ambil” dia beranjak ke arah bangkunya dan kembali membawa satu

lembaran kertas yang di lipat dan memberikannya kepadaku,

“kalau boleh tau

memangnya kemana dia pergi? Kenapa sangat terburu-buru?” tanyaku penasaran.

“hmm, dia kembali ke Bandung karena ada keperluan keluarga yang mendadak, oleh

karena itu dia tidak dapat mengikuti program terakhir kita (camp) dalam arti kata lain

dia lebih dahulu mengundurkan diri sebelum kita lulus syil”. Aku menatap lembar yang

tadi ia berikan kepadaku dan memutuskan untuk pergi ke taman bersama sahabatku

untuk membukanya.

Sebenarnya aku belum siap membuka lembaran kecil itu, sahabatku berusaha

menenangkanku sambil mengelus pundakku. Perlahan aku membuka lembar tersebut

dan mrndapati setiap goresan tinta miliknya yang ku kenal. Aku tidak menyangka

bahwa dia akan menulis semua ini untukku.



Posting Komentar

Halo sobat Aksara!
Jika mari berkomentar dengan memberikan gagasan atau pendapat yang terbaik, kita jauhi komentar yang mengandung hal yang tidak diinginkan yaa!

Lebih baru Lebih lama