https://pin.it/7acvTPt |
Ilmu kesehatan mental (mental hygiene)
merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad
ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. Namun demikian, sebenarnya
para Nabi sejak Nabi Adam a.s sampai Nabi Muhammad saw. telah terlebih dahulu
berbicara tentang hakikat jiwa, penyakit jiwa, dan kesehatan jiwa yang
terkandung dalam ajaran agama yang diwahyukan Allah swt.
Ilmu mengenai kesehatan mental merupakan ilmu yang
terbilang belum sedewasa ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Kajian-kajian para ahli
terkait permasalahan tersebut pun masih dianggap sedikit, ditambah lagi dengan
tingginya rasa abai masyarakat, sehingga banyak yang salah kaprah terhadap
kesehatan mental.
Namun, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
pengertian terhadap kesehatan mental juga memiliki kemajuan. Sebelumnya,
pengertian manusia tentang kesehatan mental bersifat terbatas dan sempit,
terbatas pada gangguan dan penyakit jiwa. Dengan pengertian ini, kesehatan
mental hanya dianggap perlu bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit
jiwa saja. Padahal kesehatan mental tersebut diperlukan bagi setiap orang yang
merindukan ketenteraman dan kebahagiaan.
Sebelum membahas definisi dua kata sekaligus, yaitu
kesehatan mental, maka alangkah baiknya ada penjelasan mengenai makna sehat dan
mental itu sendiri.
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai
kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental,
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan
di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu
keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap
manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis.
Kemudian, pengertian mental. Secara etimologis kata
mental berasal dari kata latin, yaitu mens atau mentis yang
berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh dan semangat. Dalam arti lain, mental adalah
hal yang menyangkut batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau
tenaga.
Sedangkan menurut istilah, mental adalah semua
unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan
dan kebulatannya akan menentukan corak tingkah laku, cara menghadapi suatu hal
yang menentukan perasaan, mengecewakan, menyenangkan, atau menggembirakan.
Maka, arti kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa yang dimaksud di atas ialah seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup, harus dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain dari perasaan ragu dan bimbang.
Baca juga:
STAWBERRY GENERATION: TERLIHAT TANGGUH NAMUN SEBENARNYA RAPUH
Adapun pengertian dari para ahli mengenai kesehatan
mental:
1. Menurut World
Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk
bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya.
2. Menurut paham
ilmu kedokteran, bahwa yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal di seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.
3. Menurut Mustafa
Fahmi menjelaskan dalam bukunya bahwa yang dimaksud dengan kesehatan
mental adalah “… Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya sendiri dan
dengan masyarakat lingkungannya, hal itu membawanya kepada kehidupan yang sunyi
dari kegoncangan, penuh vitalitas”.
4. Menurut Dr. Abdul Aziz El-Quusiy mendefinisikan bahwa kesehatan mental itu adalah “Keserasian yang sempurna atau integritas antar fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang bisa terjadi pada orang, disamping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dari kemampuan”.
Baca juga:
Pada
dasarnya, kondisi resah gelisah, ketegangan mental atau stres dapat dialami
oleh semua manusia, bahkan oleh orang-orang beriman sekalipun. Mengapa
demikian? Karena setiap manusia mempunyai potensi untuk itu. Manusia memiliki
emosi yang memicu timbulnya keresahan, kegelisahan, ketegangan, atau stres.
Emosi itu sendiri bukanlah suatu yang mutlak buruk. Orang yang hidup adalah
orang yang masih memiliki emosi karena emosi itu merupakan kumpulan perasaan
yang ada dalam hati manusia. Tidak mungkin manusia hidup tidak mempunyai
perasaan. Perasaan gembira, sedih, takut, benci, cinta, dan marah merupakan
bentuk emosi.
Banyak orang yang berpendapat bahwa rasa gelisah dan stres itu harus dihindari secara total. Padahal pendapat tersebut tidak seratus persen benar karena dalam takaran tertentu perasaan gelisah dan stres itu perlu buat manusia. Semakin tinggi rasa gelisah dan stres, semakin tinggi pula prestasi yang ia raih. Hal itu disebabkan karena stres dapat merangsang seseorang untuk mengeluarkan segala kemampuannya agar dapat memecahkan dan mengatasi semua masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi. Akan tetapi, pada takaran tertentu, rasa stres dan gelisah yang sudah mencapai puncaknya justru akan berakibat negatif. Prestasi akan turun dan seseorang itu malah tidak berprestasi apa-apa. Gelisah dan stres pada tahap ini justru akan merusak atau destruktif.
Penulis : Nur Aida Hasanah
Editor : Zulfi MR