Ilustrasi Gambar: Tim Redaksi UKM Aksara Foto: Instagram Persisphotoghraphy |
“Zaman sekarang, zaman kemadjoean dalam segala-galanja. Dari itoe, kalau kita kaoem perempoean tinggal bodoh sadja, tentoelah kita akan tinggal di belakang.” —Ny. Salha, aktivis PERSISTRI Tanah Abang (1936: 30).
Ketika berubah format dari Komite yang bersifat paguyuban menjadi sebuah Ormas terstruktur hoofd bestuur (Pengurus Besar), PB PERSIS pun menerbitkan majalah periodikal sebagai corong resmi organisasi. Namanya adalah majalah Al-Lisaan. Mulai terbit pada akhir tahun 1935. Nomor pertama majalah tersebut tepatnya terbit pada bulan Desember 1935.
Pada cover dalam majalah tertulis Al-Lisaan Madjallah Boelanan, Orgaan “Persatoean Islam”. Lalu, di bawahnya tertulis alamat redaktur: Pedjabat Al-Lisaan, Lengkong Besar 90, Bandoeng. Setelah itu tertulis harga satuan majalahnya: Harga langganan untuk anggota PERSIS dan PERSISTRI senomor f 0.15, sementara harga langganan boeat orang loear, senomor f 0.20.
Dari data identitas majalah tersebut, jelaslah bahwa penerbitan majalah tersebut diprioritaskan bagi para anggota PERSIS dan PERSISTRI. Dengan demikian, sejak tahun 1935 telah dikenal organ Persatoean Islam Bahagian Istri yang ditulis akronimnya: PERSISTRI.
Pada Al-Lisaan No. 1/Desember 1935 hingga No. 13/Desember 1936, terdapat kolom “Chabar PERSIS”. Sebuah kolom khusus yang berisi kabar berita kegiatan-kegiatan Jamiyyah puritan yang berpusat di Kota Bandung tersebut. Tak ketinggalan berita organisasi PERSISTRI. Pada nomor pertama bulan Desember 1935, ada kabar kegiatan kaum hawa PERSIS tersebut yang mengadakan “Tabligh Oemoem” di masjid PERSIS, Pangeran Soemedangweg 39, Kota Bandung. Tabligh tersebut diadakan pada beberapa bulan sebelum berita itu dimuat (jadi, sekitar Agustus/September 1935).
Pada halaman 26 majalah itu, tertulis berita dengan judul: “Persatoean Islam Bahagian isteri.” Adapun isi beritanya adalah sebagai berikut: “Pada beberapa boelan jang laloe, Persatoean Islam Bahagian Isteri telah mengadakan tabligh Oemoem jang tertentoe oentoek kaoem iboe, jang dipimpin oleh njonja KH. Abdoerrahman dan oleh njonja Dahniar, isteri toean Ahmad. Tabligh itoe diadakan tiap-tiap hari Senen sore di mesdjid Persis Bandoeng. Jang mengoendjoengi tabligh terseboet koerang lebih 50 orang, di antaranja ada kaoem iboe jang bukan lid Persis.” (Madjallah Al-Lisaan, Desember 1935, hlm. 26).
Selain acara pengajian PERSISTRI, apa yang bisa kita pahami dari berita tersebut di atas?
Bahwa PERSISTRI adalah bahagian integral dari PB. PERSIS. Sebagaimana diketahui, pada tahun 1935, PB. PERSIS telah mempunyai Bidang-bidang Garapan yang waktu itu disebut dengan istilah “Bahagian”. Setidaknya ada empat Bahagian PB PERSIS, yakni: (1) Persatoean Islam Bahagian Poestaka; (2) Persatoean Islam Bahagian Tabligh; (3) Persatoean Islam Bahagian Sekolah; dan (4) Persatoean Islam Bahagian Isteri. Oleh karena itu, kaoem iboe yang tergabung dalam kegiatan PERSISTRI disebut sebagai “Lid PERSIS”. Dengan kata lain, kaoem iboe tersebut adalah anggota PERSIS.
Sebagai Bahagian dari PB PERSIS, maka otomatis tidak ada PB. PERSISTRI waktu itu. Namun demikian, bukan berarti PERSISTRI tidak diberi kewenangan khusus untuk mengembangkan sayap organisasinya. Hal ini terbukti dengan keberadaan cabang-cabang PERSISTRI di Batavia (Jakarta) dan Bogor, selain PERSISTRI cabang Bandung (sebagai pusatnya) pada tahun 1935 tersebut. Sebagaimana telah saya jelaskan di majalah Risalah, edisi September 2022, semula nama organisasi ini adalah “Persatoean Isteri” yang didirikan sejak tahun 1924 di Bandung.
Pada Al-Lisaan No. 3, Februari 1936, kembali diberitakan kegiatan Persatoean Islam Bahagian Isteri. Kali ini kegiatan Tabligh Oemoem dilaksanakan oleh Persatoean Islam Bahagian Isteri Tjabang Tanah Abang (Jakarta). Yakni, pada hari Minggu, 23 Februari 1936 bertempat di gedung sekolah Pendidikan Islam, Oude Tamarindelaan 152 (Kampoeng Lima), Batavia Centrum. Judul beritanya, “Verslag Pendek Tabligh Persatoean Islam Bahagian Isteri Tjabang Tanah Abang.”
Berita kegiatan PERSISTRI Tjabang Tanah Abang ini sangat penting. Pada acara Tabligh Oemoem itu, Ny. Karsach—sebagai Ketua PERSISTRI Tanah Abang—menjelaskan tentang tujuan pergerakan PERSISTRI, kenapa organisasi kaum hawa PERSIS itu mesti didirikan. Selengkapnya kita tulis di sini:
“Nyonja Karsach membentangkan tentang toedjoeannja perserikatan ini pandjang lebar, jaitoe mendjoendjoeng tinggi deradjat kaoem iboe dan mempeladjari sedalam-dalamnja tentang agama Islam, dengan djalan cursus dan tabligh.” (Madjallah Al-Lisaan, Februari 1936, hlm. 29, kolom 1).
Penjelasan tentang tujuan PERSISTRI lebih lanjut dengan kata-kata Nona Noerdjannah, seorang muballighah muda potensial PERSISTRI Jakarta waktu itu. Katanya, “…toedjoean Persis Isteri dengan djalan tabligh, mengadakan cursus agama, dan keradjinan tangan, dan keperloean roemah tangga dan mendidik anak-anak setjara Islam.”
Hal penting yang dijelaskan Nona Noerdjannah terkait tujuan berdirinya PERSISTRI diambil benang merah dari tafsir QS Al-Ahzab tentang isteri-isteri Nabi Muhammad Saw. Penafsiran Nona Noerdjannah adalah sebagai berikut: Isteri-isteri Nabi Muhammad Saw., yakni Siti Aisyah dan Siti Hafsah, meminta perhiasan kepada Nabi, yang tiada bersepadanan dengan kekayaan Nabi. Maka, Nabi pun berdukacita. Waktu itu, turunlah wahyu yang menanyakan kepada isteri-isteri Nabi tersebut: apakah mereka itu suka pada perhiasan dunia atau akhirat? Kalau mereka suka akan keduniaan, Allah akan memberikan dunia itu, tetapi di akhirat akan diazab dua kali lipa dari ibu-ibu yang lain. Sebaliknya, jika mereka itu suka akan akhirat akan diberi kesenangan dan rezeki dua kali lipat. Dengan turunnya wahyu ini, isteri-isteri Nabi pun segera menyadarinya.
Nona Noerdjannah kemudian menegaskan: “…maka tobatlah kedoea Isteri Nabi ini kepada Allah dan minta maaf kepada Nabi Saw. Inilah jang sewadjibnja ditjontoh oleh kaoem iboe jang memeloek agama Islam.” (Madjallah Al-Lisaan, Februari 1936, hlm. 29, kolom 2).
Spirit inilah yang mendorong PERSISTRI bergerak tanpa henti, misi menyadarkan kaum ibu dan para pemudi, serta mengembangkan sayap-sayap organisasinya. Pada Risalah (September 2022), saya telah jelaskan sebab-musabab berdirinya PERSISTRI—salah satunya—karena aspek politik. Kini, secara ringkas dalam majalah Al-Lisaan, kita jadi mengerti tentang tujuan berdirinya PERSISTRI, serta mengapa misi gerakan PERSISTRI tersebut disimbolkan dengan jargon: “Sebaik-baik perhiasan dunia adalah al-mar’ah al-sholihah!” Ya, karena mereka akan mendapatkan kesenangan dan rezeki dua kali lipat, di dunia dan akhirat kelak.
Insya Allah Ta’ala.
Karya: Dr. Pepen Irfan Fauzam, M. Hum [Borosngora Persis]